Para Kadang Pembaca Yang Nunggal Rasa, yang dimulyakan - NYA, terimalah sungkem dan doa kami. Mendengar, melihat dan sekaligus merasakan bahwa makin hari seiring akan digelarnya pemilu Legislatif, DPD, DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota serta Pilpres dengan gaya Negeri Paman Syam itu telah menciptakan kemudzaratan yang sungguh masif dan luar biasa, nampaknya sikon lebih krusial ketimbang tahun 1999. Dan bila tidak ada upaya revolutif - spiritual based, maka nampaknya dapat menenggelamkan Negara Proklamasi Kesatuan Republik Indonesia, ke jurang kehancuran menyusul Kerajaan Nasional Sriwijaya, Singhasari dan Majapahit atau mantan Negara adidaya Uni Soviyet dan Yogoslavia!
Dalam rangka ibadah dan mundi wasiat -amanat - warisan & amanah para pendahulu kita serta bersama - sama para kadang guna merengkuh kembali & syukur bila mampu mendayainya. Sebagai anak bangsa akan bijak dan bajik manakala kita berkenan belajar melakukan apa yang telah para pendahulu kita wasiatkan kepada bangsa ini, seperti :
nyari bumi nedya ditohi pati"
Oleh Bung Karno serta founding fathers jiwa dan nilai - nilai tersebut telah disari - patikannya ke dalam 'PANCASILA' yang telah disepakti bersama menjadi "dasar Negara Proklamasi, pandangan hidup bangsa, filosofi bangsa, nuraninya bangsa dan sekaligus sebagai alat pemersatu/perekat bangsa yang bersuku - suku & beragam budaya, beragam agama & kepercayaan di Nusantara yang berdasarkan "Ketuhanan Yang Maha Esa" ini .
A. SILA II PANCASILA ADALAH MEASUREMEN TOOL
Suatu anugerah yang tak dapat dimungkiri bahwa PANCASILA adalah merupakan sumbang sih terbesar bangsa ini terhadap dunia di bidang "spiritual", sementara bangsa Barat dengan "tehnologinya". Dan NKRI ini adalah merupakan satu - satunya negara di kolong langit yang memenangkan pergumulan atas "The right of self determination", karena sehebat - hebatnya PM. Liew Kwan Yew yang menjadikannya dia PM Singapura adalah Inggris, demikian pula Jawaharlal Nehru yang menjadikannya dia PM India adalah Inggris. Namun sejelek apapun NKRI yang menjadikannya Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden NKRI adalah bangsanya sendiri bukan oleh Ratu Wihelmina, Kaisar Hirohito atau oleh siapapun juga.
Kristalisasi penghayatan PANCASILA adalah terasahnya "rasa (ing) pangrasa". Dan kebenaran PANCASILA secara saintific dapat menjadi berbagai cabang ilmu seperti : filsafat, budaya, ekonomi, sosial budaya, religi, hukum, managemen dan lain sebagainya. Dan yang mungkin kita alpa, ternyata PANCASILA adalah sekaligus merupakan "measurement tool atau alat ukur", atas peri laku kita termasuk dalam berbangsa & bernegara" dengan main key "Sila II, Kemanusiaan Yang Adil & Beradab". Guna mengukurnya ada tiga kreteria yakni sesuaikah dengan esensi kemanusiaan, human being, kedua telah memenuhikah unsur keadilan yang hakiki dan ke tiga perbuatan kita apakah telah memenuhi kaidah keberadaban sebagai mana penghayatan Sifat Tuhan Yang Maha Luhur, Maha Agung itu ?
Oleh sebab itu Sila - Sila Pancasila identik dengan :
(1). Sohibbul Haq Alaiullah
(2). Sohibbul Haq Hidayatullah
(3). Sohibul Hag Khalamullah
(4). Sohibbul Haq Amanatullah &
(5). Sohibbul Haq Karimullah.
B. KERUNTUHAN IDIOLOGI KOMUNISME DAN KAPITALISME
Suka atau tidak , senang ataupun tidak dan setuju ataupun tidak, telah menjadi kehendak alam bahwa Bung Karno adalah merupakan anak sejarah, anak alam, anak kandung revolusi, anak zaman yang tiada henti memperjuangkan terciptanya kedamaian dan kesejahteraan dunia dengan melenyapkan maraknya "explotation de l'homme par l'homme & explotation de nation par nation", menghilangkan adanya penghisaban antar manusia dan antar bangsa. Bung Karno adalah sosok pinilih sehingga seluruh raja Nusantara menyerahkan mandat dan kekayaannya untuk tujuan tersebut sehingga esensinya Bung Karno adalah rajanya raja atau maharaja sehingga layaklah beliau digelari "Paduka Yang Mulia" (bukan Yang Maha Mulia!). Bahkan ia pun diangkat oleh MPRS sebagai Presiden seumur hidup,. Sejatinya beliau menolak dan meminta agar MPR mendatang mau meninjaunya kembali. Dan ia pun ingin mengetrapkan sunah nabi dalam berdemokrasi dengan "Demokrasi Terpimpin" yakni demokrasi yang dipimpin oleh "hikmah kebijaksanaan" bukan tanpa pimpinan sehingga hanya menjelma menjadi "demokrasi anarkisme & premanisme", demokrasinya si tukang omong, seperti saat ini.Demokrasi adalah hanya merupakan suatu alat bukan tujuan, karena tujuannya adalah menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Sila V). Demokrasi harus mengenal batasan yakni pertanggung jawaban kepada masyarakat dan Sang Khaliq!
Pernyataan - pernyataan Bung Karno, kini banyak yang telah menjadi suatu kenyataan, salah satunya mengenai idiologi dunia yakni "komunisme & kapitalisme" yang dibingkai dengan neo liberalisme dan dikemas lagi dalam "globalisasi", yang mengagungkan "free trade" bukan "fair trade", sebagai cermin sikap mental "individualisme" yang merupakan cucunya kapitalisme. Bila Komunisme telah runtuh pada tahun 1991 maka kini pada 2008 telah nyata idiologi kapitalime pun menyusulnya. Bung Karno yakin bahwa hanya dengan idiologi Pancasilalah dunia itu dapat ditata dengan sempurna sebagimana upayanya go internasional budaya spiritual bangsa "PANCASILA" dengan pidatonya di hadapan Sidang Umum PBB dengan judul "To Build The World Anew" pada 30 September 1960. Bung Karno amat anti kedzoliman, sehingga sekalipun sebagai satu - satunya negara yang baru merdeka beliau berani & lantang menghardik AS dengan umpatan "Go to hell with your aid serta menyatakan , keluar dari PBB" pada 7 Januari 1965. Toh kini menjadi kenyataan dimana Amerika Serikat di bawah rezim G. W. Bush tanpa mandatPBB, melumatkan negara berdaulat Afgan dan Irak yang hanya dilandasi oleh senjata kebohongan. Juga anak kesayangannya, Israel yang melahap bangsa Palestina dengan senjata pemunah massalnya, yang ironisnya sebelumnya dituduhkan dimiliki oleh Irak. Anehnya negeri ini tak sekalipun mau tunduk terhadap "resolusi - resolusi DK PBB", dan bagai macan ompong tak bergigi sama sekali.
Maka amat benarlah Bung Karno yang menyarankan bahwa PBB harus dirombak agar menjadi wadah supranya bangsa - bangsa. Bila tidak maka kedamaian dunia tak akan pernah tercapai.
Maka amat benarlah Bung Karno yang menyarankan bahwa PBB harus dirombak agar menjadi wadah supranya bangsa - bangsa. Bila tidak maka kedamaian dunia tak akan pernah tercapai.
C. PENGKHIANATAN TERHADAP AMANAT, WASIAT, WARISAN & AMANAT FPOUNDING FATHERS
Ironis nya bangsa ini kesengsem dengan HAM ala mereka! Dan elit bangsa & negara tercinta ini terbuai dan terpedaya dengan filosofi manca yang kering ruhani, sehingga MPR 1999 -2004 dengan jumawa telah mencampakkan PANCASILA dengan membuat UUD baru dengan label lama (1945) yang tanpa mandat rakyat dan di luar tuntutan reformasi paripurna. Bab XVI pasal 37 UUD 1945 yang asli hanya mengamanatkan adanya "perubahan", bukan menggantinya! Ketentuan asli UUD 1945 hanyalah 12.5% sementara hasil permakan mencapai 87.5%, dengan tetap memakai label "1945". Yang oleh banyak pihak dinilai merupakan suatu bentuk pembodohan terhadap rakyat dan mengkhianati founding fathers.
Dan bukankah Bung Karno telah mengamanatkan "Kutitipkan bangsa dan negara ini kepada mu" ! Konotasi "titip" adalah untuk dijaga, dirawat dan dihayati. Bahkan dengan tegas diinstruksikan kepada Pak Harto sebagaimana tersurat di dalam"SUPERSEMAR".
Untuk menjaganya titipan tersebut maka perlu penghayatan "Pancasila, Jasmerah dan Trisakti yakni berdikari di bidang ekonomi, berkedaulatan di bidang politik dan berkepribadian di bidang kebudayaan"!
QS : Al - Anfal (8) ayat 27 Allah berfirman bahwa : "Janganlah kamu mengkhianati amanah Allah yang dipercayakan kepadamu"!.
Nah karena bangsa ini tak lagi mau menjaga amanahnya bahkan justru melaknatnya dengan "Desoekarnoisasi", sedangkan Negara Proklamasi Kesatuan Republik Indonesia itu telah "diberkati dan dirahmati - NYA" serta alam pun dengan suka cita menjadi saksi, ia mendengar ia pun justru memberikan seluruh miliknya bagi bangsa ini namun apa balasannya ? Akibanya alam pun murka dan bencana demi bencana baik alam maupun non alam seperti kecelakaan berbagai moda transportasi pun silih berganti bahkan bencana : undang - undang, sejarah, budaya, sosial - kemasyarakatan dan kemanusiaan telah dipertontonkan tiap hari yang tak lagi mengenal gender, usia dan strata masyarakat. Anarkisme telah menjadi mode untuk menyelesaikan suatu masalah. Bahkan Ketua DPRD Prov.Sumatera Utara telah menjadi tumbal demokrasi premanisme.
Bangsa dan negara ini secara spiritual sudah almarhum, karena sebagai Negara Proklamasi yang berdasarkan "PANCASILA", telah tak lagi mengikat. Sebagai Negara Hukum telah kehilangan legitimasinya. Bagaimana di ujung Barat, NAD mengetrapkan "syareat Islam", yang segera diikuti oleh lima provinsi lainnya dan di ujung Timur, Manukwari Papua Barat mengetrapkan "Syareat Kota Injili" ?. Sebagai Negara Kesatuan telah kehilangan kedaulatannya dengan disahkannya UU Otonomi Daerah dan UU Otonomi Khusus !
Telah terjadi "destroying nation" terlebih lagi seiring akan digelarnya Pemilihan Umum secara langsung mengikuti gaya Negeri Paman Syam yang akan menghambur - hamburkan uang yang hampir ribuan triliun jumlahnya sementara himpitan ekses bangkrutnya perekonomian Amerika Serikat akan mengakibatkan terjadinya "stagflasi" di negeri yang amat kita cintai bersama ini.
Untuk itu perkenankanlah kami menghimbau dan mengajak para kadang yang nunggal raos sudi apalah kiranya melakukan berbagai upaya guna mempertahankan Negara Proklamasi syukur mampu memberdayakannya serta mengurangi ekses negatif atas kesalahan kita yang tak lagi menghormati para pendahulu kita dan jasa - jasanya. Akan bijak dan bajik (bagi yang belum melakuka) " return to nature & return to spiritual value". Tobatan nasuha yang telah digagas oleh Menag Mahtuf Basyuni pada 2 Maret 2007 seyogyanya digelorakan kembali dan tidak hanya bagi umat Islam akan tetapi seluruh anak bangsa tanpa pandang SARA. Serta melakukan sedekah (bagi yang mampu) dan
melakukan ritual budaya yang mungkin telah lama tak lagi dilakukan oleh kita seperti : "Rasulan, bersih desa, sedekah laut, sedekah bumi, sedekah gunung, labuhan dan ritual lainnya", bukankah itu merupakan budaya adi luhung sebagai refleksi sujud syukurnya terhadap Sang Pencipta dan terimakasih kita kepada alam yang telah memberikan segala kebutuhan kita itu ? Perbuatan kita yang semena - mena pada alam dan tak tahu berterimakasih sebenarnya adalah suatu pengingkaran dari "rasa (ing) pangrasa" sebagai kalifah Tuhan Seru Sekalian Alam.
D. SEMIO BUWANA LOKA
Di penghujung Suro 1942, betapa banyak peristiwa alam dan non alam yang semakin nggegirisi setelah berbagai semio buwanaloka (tengara atau suara alam) luput dari perhatian kita. Secara spiritual lambang - lambang negara satu - satu telah gugur, mrotholi dari semenjak tenggelamnya KM. Senopati (Nusantara), raibnya Adam Air dan disusul patahnya Adam (lambang kawula Nusantara?) yang segera diikuti oleh terbakarnya KM. Levina (live in INA), pesawat (Garuda) kemudian terbakarnya Hotel (Indonesia). Tak lama lambang "Nasional" pun dipertontonkannya seiring maraknya supremasi ego & nafsu anak bangsa dalam bentuk "dehumanisasi, anarkis dan premanis" yang dilakukan oleh aparat keamanan serta segelintir kyai dan atau ulama yang semuanya mengklaim dirinya "paling benar" seperti peristiwa "Universitas Nasional" (UNAS) pada 24 Mei 2008 dimana para polisi menyerbu kampus dan hanya selang seminggu telah disusul tragedi "MONAS" justru di saat berbagai kelompok organisasi memperingati "hari lahirnya PANCASILA". Yang masih ditunjukkan oleh Sang Maha Pencipta dengan sebelumnya KM. ACITA (tak ada lagi asa, cita - cita, harapan?) pun ditenggelamkan - NYA di perairan Bau - Bau. Belum lagi berbagai hikmah adanya prahara & bencana alam yang bertubi - tubi, silih berganti menimpa negri tercinta ini yang entah kapan berkesudahan. Semua kejadian tersebut tidaklah hanya sebagai kebetulan belaka karena dalam kamus spiritual tak dikenalnya karena semua terjadi atas karsa dan kuasa - NYA.
Terlepas dari topik di atas, mungkin ada baiknya bila kita berkenan mencermati peristiwa alam yang merupakan juga sebagai ayat - ayat Tuhan Seru Sekalian Alam atau "min aayatillah", yang begitu banyak dihadapan kita seperti antara lain :
kini itu telah menjadi suatu kenyataan.
2. Sasmita Suro 1943 :
2. Tergerakkah hati kita untuk menyikapi peraturan Polda Metro Jaya yang nganeh -
4. Nah adanya kontestan partai politik yang berjumlah 44 partai bila kita merujuk pada
6. Bulan Bala atau Sapar yang dikenal adanya ritual "Rabo Wekasan/Pungkaan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar